Begini jawaban Agus Tanribali Soal Rendahnya Publikasi Media Dan Medsos,Calon Pilgup No 2

Umum490 Dilihat

PILKADA – PORTALINDO.CO.ID, Pasangan cagub dan cawagub nomor urut 2, Agus Arifin Nu’mang-Tanribali Lamo (Agus-Tanribali) tampil dalam program “Kandidat Bicara” yang disiarkan langsung stasiun televisi Metro TV, Kamis malam (17/8/2018).

Sejumlah pertanyaan dilayangkan para panelis kepada pasangan yang diusung Partai Gerindra, PPP, dan PBB ini. Termasuk tentang data ekspose media dan media sosial.

“Pak Agus kan sudah menjadi nomor 2 selama 10 tahun terakhir, Pak Tanri juga anak gubernur yang memilih jadi nomor 2. Ada gak sih pengaruh terhadap bapak (Agus) sebagai orang menjadi nomor dua (Wagub) itu terkait dengan strategi komunikasi kepada publik baik di media maupun di media sosial. Dalam data riset kami, ternyata dibanding kandidat lainnya, posisi bapak (Agus-Tanribali) itu paling bawah. Jarang sekali terekspos media, demikian juga di media sosial,” tanya Tika, salah satu panelis.

Untuk sosial media, kata Tika, ada catatan yang cukup menarik terkait dengan ekspos sosial media, yakni 52,3 persen yang merespons Agus-Tanribali itu mereka yang berusia di atas 36 tahun.

“Sementara umur 26-35 itu sangat kecil sekira 15 persen, sementara 18 tahun sampai 26 itu juga sangat kecil. Bagaimana sih pendapat bapak terkait dengan media dan media sosial dalam strategi pemenangan di kontestasi pilkada ini,” kata Tika menambahkan pertanyaannya.

Menanggapi pertanyaan itu, Agus Arifin Nu’mang memberi jawaban mengejutkan.

“Jadi memang semua juga bilang begitu, termasuk tim saya dan konsultan politik mengatakan seperti itu. Katanya saya terlalu sabar, gak mau menonjolkan diri. Jadi saya bilang itu memang karakter saya,” kata dia.

“Saya bekerja di belakang layar, ibarat juru masak saya-lah yang jadi koki selama ini di Sulsel, yang menata keluar itu gubernur. Karena memang fungsi saya seperti itu. Saya ini anak tentara taat sama komandan,” lanjut mantan ketua DPRD Sulsel itu.

“Saya akui itu salah satu kelemahan saya, lambat keluarnya (terekspos). Tapi mudah-mudah setelah kami bicara di sini (Metro TV) masyarakat akan paham kalau sebenarnya yang jadi koki selama ini di Sulsel itu adalah wakil gubernurnya,” tambah mantan sekretaris DPD I Partai Golkar Sulsel ini.

“Peranan media itu luar biasa. Tapi saya objektif saja, apa yang saya lakukan itu yah seperti itu. Mungkin itu salah satu kelemahan yang saya pahami betul bahwa saya telat di situ. Tapi andaikan saya lebih awal (terekspos) mungkin saya tidak bisa langgeng sama Pak Syahrul, tidak ada saya di empat persen itu yang kompak sampai akhir,” tambah Agus.

Sementara, Mayjen TNI (purn) Tanribali Lamo, calon Wakil Gubernur Sulsel nomor urut 2, juga menanggapi pertanyaan panelis perempuan tersebut.

“Kami sadar bahwa kami maju belakangan, bahkan masyarakat berpikir kalau pasangan ini (Agus-Tanribali) tidak akan maju,” kata mantan Dirjen Kesbangpol Kemendagri itu.

“Tapi setelah kami maju, yang di atas 35 tahun itu punya pemahaman yang lebih realistis kalau kami punya pengalaman punya hal-hal yang bagus,” tambah mantan penjabat gubernur di empat provinsi ini.

“Dari empat pasang di Pilgub Sulsel pasangan kami paling tenang, tidak dengan yang lain-lain mungkin beda. Sehingga ini barangkali yang membuat kami tidak pernah dimunculkan (diekspos), karena kami tidak pernah ikut campur terkait dengan saling sindir sana saling sindir sini dan sebagainya,” katanya.

Jangan Bandingkan Saya dengan Bupati

Pada kesempatan yang sama, Agus Arifin Nu’mang juga dicecar pertanyaan oleh Silvia Iskandar yang menjadi moderator dalam acara “Kandidat Bicara”. Agus diminta memaparkan bagaimana proses kerja jika kelak terpilih jadi gubernur Sulsel.

“Saya tertarik dengan statement Pak Agus yang menyatakan lambat panas. Jadi kalau misalnya sudah terpilih jadi gubernur Sulsel, apakah bapak bekerjanya akan seperti apa? Apakah juga akan lamban panasnya, sementara ini kan harus bekerja cepat berkejaran dengan waktu yah? Bagaimana dengan itu?”

Menanggapi pertanyaan moderator, Agus Arifin Nu’mang mengatakan jika dirinya merupakan tipe pekerja keras. Menurutnya, pengalamannya menjadi wakil gubernur Sulsel selama dua periode mendampingi SYL, adalah modal utama untuk semakin memajukan Provinsi Sulsel yang punya banyak potensi, termasuk pengembangan kawasan.

“Saya ini kan sudah paham, 10 tahun saya sama Pak Syahrul. Ada kadang-kadang ide saya. Tugas saya kan memberi masukan dan saran, persoalan eksekusi itu kewenangan gubernur. Jadi saran-saran saya yang positif untuk rakyat itu saya simpan,” kata mantan ketua DPRD Sulsel ini.

“Katakanlah konsep pengembangan kawasan, ini baru saya keluarin karena ini merupakan kelanjutan dari apa yang telah mantan Gubernur Sulsel Pak Amiruddin yang sudah siapkan pengwilayaan komoditi. Saya paham bahwa pengwilayahan komoditi ini sudah tidak relevan dengan UU yang ada sekarang. Yang perlu adalah pendekatan kawasan sehingga ini satu kawasan 8 kabupaten fungsi provinsi bisa masuk,” urai Agus.

Kecerdasan yang dimiliki mantan Dosen Fakultas Pertanian Unhas Makasar (1988–2000) ini dari pengalamannya sebagai wakil gubernur 10 tahun dan ketua DPRD Sulsel memang sudah tidak diragukan lagi.

“Saya selalu bilang, kalau mau bandingkan saya, lihat saya waktu jadi ketua DPRD. Waktu itu prestasi puncak saya bisa dibandingkan dengan ketua DPRD sebelum dan sesudah saya. Gak bisa saya dibandingkan dengan bupati, bandingkan saya dengan wakil gubernur di provinsi lain,” tegas sarjana Sosek Pertanian Unhas tahun 1988 ini.(Usman)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *