Ekonomi – Kementerian Perindustrian menggandeng beberapa industri dan perguruan tinggi di Jawa Tengah untuk menerapkan hasil penelitian dan pengembangan yang diciptakan oleh Unit Pelayanan Teknis di bawah binaan Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI). Kemitraan strategis ini diharapkan mampu menelurkan inovasi-inovasi produk manufaktur dalam negeri yang lebih berdaya saing tinggi.
“Selain ditargetkan dapat menarik investasi baru ataupun mendongkrak ekspor nasional, kegiatan ini juga untuk memperluas usaha dengan mendorong peluang kerja sama antara industri besar dengan industri kecil dan menengah (IKM),” kata Kepala BPPI Ngakan Timur Antara di Jakarta, Minggu (4/3).
Ngakan menyampaikan, upaya tersebut telah dilaksanakan melalui penyelenggaraan acara Jaringan Penelitian dan Pengembangan Inovasi Tahun 2018 di Semarang, 27 Februari 2018. Pada kesempatan ini, terdapat 10 Nota Kesepahaman yang ditandatangani.
Kerja sama itu antara lain tentang kegiatan penelitian dan pengembangan, pengujian, kalibrasi, pelatihan, sertifikasi, pencegahan pencemaran industri, audit industri, audit lingkungan dan pemetaan sosial antara Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri (BBTPPI) Semarang dengan PT. Ungaran Sari Garments.
Selanjutnya, sinergi perekayasaan bidang material teknik antara Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Bandung dengan PT. Indratma Corporation, serta kerja sama penelitian karet pintar pengukur bobot kendaraan dengan teknologi Weigh-In-Motion (WIM) antara Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik (BBKKP) Yogyakarta dengan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Sebelas Maret.
“Kegiatan ini sangat penting sebagai sarana untuk mentransfer hasil-hasil litbang kepada pelaku industri mengenai teknologi terkini yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi produk-produk baru yang bisa membawa dampak ekonomi di masyarakat,” paparnya.
Manfaat lainnya dari kerja sama yang saling menguntungkan ini, lanjut Ngakan, diharapkan dapat membentuk ekosistem inovasi bagi industri maupun bagi peneliti itu sendiri. “Kami berkomitmen terus mendorong sinergi antara penghasil teknologi dengan perusahaan industri dalam pemanfaatan hasil-hasil litbang yang siap diterapkan. Ini juga memperluas kemitraan bagi Balai Besar maupun Balai Riset dan Standardisasi yang dimiliki oleh Kemenperin,” tuturnya.
Ngakan mencontohkan, hasil litbang Kemenperin yang telah dikembangkan bersama dengan industri, antara lain yaitu Balai Besar Tekstil (BBT) Bandung dengan PT. Rekadaya Multi Adiprima (RMA), yang berhasil mengembangkan prototipe panel pengendali kebisingan suara (noise pollution) dari serat alam. Selain itu, produk daur ulang limbah (recycle product) menggunakan kain nonsandang sabut kelapa sebagaicovering fabric.
“Produk inovatif ini telah masuk ke pasar otomotif dan ini bukan sesuatu yang mudah karena produk tersebut harus melalui beberapa tahap pengujian. Yang tidak kalah penting lagi, produk ini harus diproduksi secara kontinyu untuk memenuhi permintaan,” ungkap Ngakan.
Pengurai limbah
Dalam penelitian terkini, Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri (BBTPPI) Semarang menemukan mikroba pengurai limbah dan sistem pengolahan limbah terintegrasi. Penemuan ini diharapkandapat menjawab seputar masalah limbah yang kerap dikeluhkan warga sekitar kawasan industri.
“Masalah pencemaran lingkungan dan kesehatan masyarakat di lingkungan industri terus menjadi perhatian Kemenperin dalam membangun industri yang ramah lingkungan dan berkelanjutan,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Ngakan Timur Antara.
Menurut Ngakan, sistem pengolahan limbah terintegrasi ini pada prinsipnya adalah implementasi teknologi pengolahan anaerob-wetland. Teknologi anaerob merupakan sistem pengolahan limbah secara biologi dengan cara menguraikan senyawa-senyawa polutan dengan memanfaatkan aktivitas mikroba.
“Pengolahan ini dilakukan secara anaerob atau tanpa udara. Sebagai proses lanjutan dalam pengolahannya, teknologi anaerob ini dikombinasikan dengan wetland yaitu proses pengolahan dengan menggunakan tanaman sebagai medianya,” jelasnya.
Jadi, selain menggunakan mikroba,BBTPPI juga mengembangkan pengolahan air limbah menggunakan tanaman berakar (wetland). Setelahlimbah diurai mikroba, limbah akan dilewatkan dalam tanaman berakar, yang akan menyerap unsur-unsur polutan.
Ngakan menyampakan, penemuan sistem terintegrasi pengolahan limbah ini akan diduplikasi kepada perusahaan-perusahaan sejenis. “Karena sebelumnya, dalam upaya mengurai limbah padat, sejumlah perusahaan menggunakan zat kimia, di mana hasil pengolahannya masih mengandung bahan beracun dan berbahaya (B3),” ungkapnya. Untuk itu, melalui mikroba anaerob, limbah yang dihasilkan akan memenuhi baku mutu atau standar hasil limbah kualitas terbaik dan bebas dari limbah B3.
Penelitian sistem pengolahan limbah terintegrasi ini sudah diterapkan di PT Korin Jaya yang bergerak di bidang produksi karton. Direktur Operasional PT Korin Jaya, Mr Park Jung Yong menyatakan, limbah yang tadinya berwarna hitam pekat dan padat, kini telah berubah seperti air sungai. “PT Korin peduli dengan lingkungan. Karena itu, penelitian dari BBTPPI kami terapkan supaya masyarakat terbebas dari kanker,” tuturnya.
Menurutnya, dengan menerapkan hasil penelitian BBTPPI, biaya yang dikeluarkan perusahaan menjadi lebih kecil dibandingkan dampak pencemaran yang terjadi di lingkungan dan masyarakat. “Kami akan mengajak perusahaan lain dapat melihat kinerja hasil penelitian dari Kemenperin ini,” ujarnya. (Redaksi)