Tercatat Ada 19.286 Orang Terinfeksi HIV/AIDS di Bali Hingga Juni 2018

Umum291 Dilihat

PORTALINDO.CO.ID-BALI., DENPASAR-Penderita HIV/AIDS di Bali ibarat gunung es kecil dipermukaan namun semakin diselami semakin banyak.

Hal tersebut diungkapkan oleh Sekretaris KPA Kabupaten Gianyar, AA Agung Suardana dalam konferensi pers Konser Peduli HIV/AIDS di Denpasar.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali, hingga bulan Juni 2018, data kamulatif kasus HIV/AIDS di Bali capai 19.286 orang.

Dari jumlah tersebut, Kota Denpasar menempati urutan pertama dengan jumlah penderita 7.246, posisi kedua Badung 3.141 orang, Buleleng 2.953, Gianyar 1.429, Tabanan 1.186, Jembrana 988, Karangasem 737, Bangli 408, Klungkung 399 orang, serta orang luar Bali yang menetap di Balisebanyak 799 orang.

Berdasarkan data tersebut penderita laki-laki sebanyak 13.003 orang, sedangkan perempuan sebanyak 7.283 orang.

“Ini baru data kasus yang tercatat. Yang datanya sedikit apakah memang tidak ada? Belum tentu, mungkin saja belum ditemukan,” kata Suardana.

Dari jumlah tersebut kebanyakan penderita HIV/AIDS ini diakibatkan oleh perilaku seks bebas atau tidak aman.

Sedangkan kasus yang terjadi pada heteroseksual sebanyak 76.5 persen.

Sedangkan penyebab lain yang juga disebutkan yaitu homoseksual sebesar 13.7 persen, perinatal 3 persen, IDU 4.4 persen, biseksual 0.4 persen, tatto 0.1 persen, dan tidak diketahui 2.0 persen.

“Khusus untuk di Gianyar setiap bulan per kecamatan ada penambahan 1 sampai 2 orang penderita HIV ini,” paparnya.

Jika dilihat dari umur penderita maka yang paling banyak terkena HIV/AIDSyaitu umur 20 – 29 tahun sebesar 37.9 persen, dan pada posisi kedua ada pada umur 30 – 39 dengan persentase 35 persen.

Untuk langkah pencegahan khususnya di wilayah Gianyar pihaknya mengaku telah melakukan komunikasi dan edukasi termasuk masuk ke sekolah-sekolah lewat kelompok siswa yang peduli HIV/AIDS atau yang biasa disebut KSPAN.

Pihaknya juga mengimbau agar masyarakat tidak ‘jajan’ sembarangan apalagi di tempat-tempat yang sangat berisiko terkena penyakit tersebut.

“Kita memang belum bisa menghentikan kasus HIV ini. Kasusnya bagaikan gunung es yang terdeteksi masih jauh dibandingkan dengan yang tersembunyi. Kita gunakan langkah untuk pencegahan penularan sehing kasus baru bisa ditangkal,” jelasnya.

Ia juga meminta masyarakat untuk tidak memberi cap begatif pada penderita HIV dan bagi yang melakukan aktivitas berisiko agar memeriksakan dirinya ke rumah sakit ataupun rumah sakit.

Sementara untuk data kematian akibat HIV ini sangat sulit dilacak karena tidak semua penderita meninggal di rumah sakit.

Sementara itu koordinator acara dari yayasan Ayo Bicara HIV/AIDS, I Made Yuda Prawira mengatakan bahwa kasus HIV/AIDS di Bali memang meningkat dari tahun sebelumnya.

Namun kabar baiknya masyarakat semakin punya kesadaran untuk memeriksakan dirinya.

Prawira juga menyinggung, secara pengetahuan masyarakat terkait HIV ini memang tinggi namun sikap dan perilakunya yang masih rendah.

“Pola pikir masyarakat sulit dirubah, harus dengan kesadaran. Mereka selalu bilang sudah tahu padahal sikapnya masih nol besar,” paparnya.

Karena melihat kondisi HIV di Baliyang cukup tinggi, pihaknya pun melakukan edukasi kepada remaja di seluruh Bali dan telah menyasar hampir semua sekolah sejak tahun 2010. (Nes)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *