MAKASSAR – Peristiwa mengharukan terjadi pada penutupan Pendidikan Pertama Tamtama (Dikmata) di lapangan Prayuda Rindam, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Sabtu (7/4/2018).
Dari 342 siswa yang dinyatakan lulus, tiga di antaranya tak kuasa membendung air matanya. Rekan-rekannya yang lain langsung melampiaskan kerinduan dengan orang tua masing-masing. Mereka kegirangan. Selain gembira karena lulus, mereka tak pernah bertemu keluarga selama menjalani pendidikan lima bulan.
Wayan Guna S, satu dari tiga siswa itu, seharusnya ikut bergembira. Mereka pun dinyatakan lulus. Dia sudah menyandang status sebagai prajurit TNI AD. Namun, berbeda dengan rekannya yang lain, Wayan hanya bisa berdiri sendirian di tengah lapangan. Air mata terlihat menetes di pipinya.
Dia berdiri mematung dibungkus seragam hijau TNI. Dia hanya bisa menatap nanar ratusan temannya bersama keluarga. Tiba-tiba terdengar suara dari mikrofon, “(Siswa) yang belum bertemu orang tuanya silakan merapat ke dekat tiang bendera.”
Wayan berjalan ke tiang bendera yang dimaksud. Di situ ada dua siswa lainnya, yakni Nyoman P dan Dipan. Ternyata ketiganya sama-sama berasal dari Sulawesi Tenggara. Dipan dari Kepulauan Wawoni, Nyoman dari Konawe, sementara Wayan dari Unaaha. Ketiga siswa yang dinyatakan lulus menjadi prajurit TNI AD tersebut berasal keluarga petani.
Kasdam XIV Hasanuddin, Brigjen TNI Budi Sulistijono lalu menghampiri mereka dan bertanya, mengapa keluarga mereka tidak datang. Setelah menjelaskan, ketiganya selanjutnya diarahkan duduk di kursi yang tak jauh dari tiang bendera.
Air mata Wayan terlihat masih menetes saat duduk di kursi. Sejumlah keluarga prajurit yang baru lulus datang menghampiri. “Kenapa tidak ada keluarga ta datang?Ada ji keluargata di sini? Ke rumah maki dulu,” ungkap seorang ibu, orang tua siswa lain.
Wayan adalah anak bungsu dari empat bersaudara. Dia terlahir dari pasangan Kethu Ridet-Yomangari. Keduanya telah meninggal dunia.
“Ayah meninggal tahun 2002 lalu. Sementara ibu meninggal saat saya baru 10 hari mengikuti pendidikan,” ungkap Wayan sambil mengelap air matanya.
Meski begitu, dia mengaku telah membanggakan orang tuanya. “Saya sangat bangga dinyatakan lulus dan menjadi prajurit TNI. Saya yakin ini membanggakan kedua almarhum orang tuaku walaupun mereka sudah tiada,” tutur Wayan.
Sebagai bentuk dedikasi kepada kedua orang tuanya, Wayah bertekad menjadi prajurit yang membanggakan keluarga dan bangsa.
Sebenarnya Wayan masih punya tiga saudara. Namun, mereka juga tidak sempat menghadiri acara itu karena kesibukan masing-masing. “Satu saudaraku di Bali, yang kedua di Kendari tapi baru-baru melahirkan, dan yang satunya lagi sementara hamil besar,” ungkap Wayan.
Dia mengaku bisa memaklumi saudara-saudaranya tak datang memberi ucapan selamat secara langsung. Makanya, dia akan memanfaatkan cuti selama lima hari untuk bertemu keluarga di Kendari.
Tamtama Diminta Jaga Sikap
Pada penutupan pendidikan pertama tamtama TNI Angkatan Darat gelombang kedua 2017 itu, Kasdam XIV Hasanuddin, Brigjen TNI Budi Sulistijono mengatakan para siswa telah menjadi bagian dari TNI setelah dinyatakan lolos menjadi prajurit.
“Ini tanda berakhirnya pendidikan. Simbol keberhasilan siswa sebagai Tamtama TNI AD. Kalian telah berhasil melalui tahapan pendidikan namun harus dibuktikan secara nyata di lapangan. Buktikan pendidikan yang dilalui selama ini. Jaga sikap dan tindakan. Jangan lakukan hal-hal yang mencederai TNI,” ungkap Budi di depan para prajurit.
Budi memperingatkan agar para prajurit mampu menjalankan tugas dengan profesional. Ia juga mengingatkan agar tekad dan bekal selama pendidikan menjadi motivasi dalam menjalankan tugas sebagai tamtama yang profesional.
“Selama jalani pendidikan telah mendapat nilai dasar perjuangan, peraturan dasar kemiliteran, dan mental. Semula, dari warga sipil menjadi prajurit TNI. Kebanggaan tidak hanya pada pangkat dan pakaian, tetapi kebanggaan harus disertai kemampuan melaksanakan tugas,” tambahnya. (Tim/Redaksi)