Rayakan 10 Tahun Berdiri, PASCH Kini Memiliki Jejaring Lebih Dari 2.000 Sekolah di Seluruh Dunia

PORTALINDO.CO.ID,  BALI  – Sekolah Mitra (PASCH) dari Goethe-Institut Proyek Sekolah: Mitra menuju Masa Depan, (PASCH) diluncurkan oleh Kementerian Luar Negeri Jerman pada tahun 2008 dan telah menjadi contoh teladan jejaring di seluruh dunia.

Kini PASCH telah memasuki 10 tahun dan puncak perayaannya digelar di Pavilion The Sakala Resort Bali, Jumat (26/10/2018) malam tadi.

Atase bagian Budaya dan Pers Kedutaan Besar Republik Federal Jerman Jorg Kinnen mendukung pengembangan bahasa Jerman di seluruh dunia, salah satunya proyek Sekolah: Mitra menuju Masa Depan (PASCH) di kawasan Asian, yakni Indonesia.

“Potensi memperluas kebudayaan, salah satunya bahasa Jerman tersebut sebagai misi untuk mengenalkan kesusastraan Jerman di seluruh dunia,” ujar Jorg.

Ia mengatakan, berkat dedikasi para kepala sekolah, guru dan siswa, proyek PASCH yang diluncurkan oleh Kementerian Luar Negeri Jerman tahun 2008, telah menjadi contoh teladan jejaring global lebih dari 2.000 sekolah PASCH di seluruh dunia yang memiliki ikatan khusus dengan Jerman.

Pasca PASCH diimplementasikan bersama Goethe-Institut, Badan Pusat untuk Sekolah-sekolah di Luar Negeri (ZdA), Dinas Pertukaran Akademis Jerman (DAAD) dan Dinas Pertukaran Pendidikan Jerman (PAD) di bawah Sekretariat Konferensi Menteri-Menteri Pendidikan.

“Dengan terintegrasi pada bidang budaya dan kependidikan dalam ranah Kementerian Luar Negeri Jerman. Dalam hal ini, PASCH mendukung nilai-nilai budaya, warisan digital, toleransi antarsesama dan nilai-nilai diri,” ujarnya.

Konferensi ke-4 PASCH dengan tema Bahasa Membuka Kesempatan: Peluang bersama Bahasa Jerman, menekankan pentingnya multi lingualisme di kehidupan sehari-hari dan di dunia kerja, serta menitikberatkan pada penguasaan bahasa Jerman sebagai salah satu bahasa asing yang mempunyai peranan penting di perekonomian dunia.

Konferensi internasional ini juga membahas perkembangan dan riset terbaru di bidang pengajaran bahasa asing dengan menghadirkan para ahli bahasa, yaitu Prof Dr. Kim Haataja dari Universitas Heidelberg, Jerman dan Dr. Diana Feick dari Universitas Auckland, Selandia Baru.(Titus)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *