Oleh : Reza Ramadhan
Editor : Ida Bastian
Portalindo.co.id – Pemerintah menunjukkan komitmen kuat dalam memberikan layanan terbaik bagi jemaah haji Indonesia melalui berbagai program konkret dan terobosan seperti terminal khusus dan gagasan penurunan biaya ibadah haji serta perkampungan Indonesia. Sejumlah upaya terus dilakukan demi memastikan ibadah suci ini dapat dijalankan dengan nyaman, aman, dan semakin terjangkau oleh masyarakat.
Salah satu langkah signifikan diwujudkan dengan diresmikannya Terminal Khusus Haji dan Umrah di Bandara Soekarno-Hatta oleh Presiden Prabowo Subianto pada Minggu, 4 Mei 2025. Terminal yang berlokasi di Terminal 2F ini dirancang modern, luas, dan nyaman, serta mampu menampung hingga 94 juta orang per tahun. Dalam pidatonya, Presiden Prabowo menegaskan bahwa pemerintahannya akan bekerja sekeras tenaga untuk memberi pelayanan terbaik bagi jemaah haji dan umrah, sembari terus menekan biaya agar lebih murah.
Terminal baru ini juga dilengkapi dengan jalur Makkah Route, sebuah inovasi layanan yang memungkinkan jemaah Indonesia menjalani proses imigrasi Arab Saudi langsung di Indonesia melalui 10 konter khusus. Dengan begitu, jemaah tidak perlu lagi mengantre panjang di bandara kedatangan di Arab Saudi, yang selama ini menjadi salah satu titik kelelahan dan ketidaknyamanan.
Namun, upaya pemerintah tidak berhenti pada penyediaan fasilitas fisik semata. Presiden Prabowo juga mengarahkan Kementerian Agama serta Badan Penyelenggara Haji dan Umrah (BP Haji) untuk mencari solusi konkret dalam menurunkan biaya haji, bahkan berharap bisa lebih rendah dari negara lain seperti Malaysia. Saat ini, pemerintah sudah berhasil menurunkan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) 2025 menjadi Rp89,41 juta, atau turun Rp4 juta dari tahun sebelumnya. Dampaknya, Biaya Perjalanan Ibadah Haji (Bipih) yang dibayarkan langsung oleh jemaah juga turun menjadi Rp55,43 juta.
Langkah efisiensi ini tentu sangat berarti, terutama bagi calon jemaah yang telah menabung dan menunggu bertahun-tahun untuk berangkat ke Tanah Suci. Presiden menilai jamaah menabung dan menunggu lama, maka sudah sewajarnya mereka mendapatkan layanan yang layak dan biaya yang rasional.
Untuk mendukung upaya efisiensi lebih lanjut, pemerintah menggalang diplomasi aktif dengan Pemerintah Arab Saudi. Salah satu rencana yang kini tengah dijajaki adalah pembangunan Perkampungan Indonesia di dekat Masjidil Haram, yang akan menjadi tempat akomodasi khusus bagi jemaah asal Indonesia. Presiden Prabowo telah menyampaikan niat ini langsung kepada Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Muhammad bin Salman, dan menyatakan bahwa sambutan yang diterima sangat positif.
Jika rencana pembangunan Perkampungan Indonesia ini terwujud, maka bukan hanya kenyamanan jemaah yang akan meningkat secara signifikan, tetapi juga efisiensi biaya yang dapat ditekan lebih jauh. Pemerintah pun sudah menugaskan Menteri Agama dan penasihat khusus urusan haji untuk membahas teknis rencana ini dengan otoritas Kerajaan Arab Saudi.
Di sisi lain, Kementerian Agama juga terus membenahi layanan domestik. Sekretaris Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Arfi Hatim, menyatakan bahwa seluruh asrama haji di 14 embarkasi nasional sudah siap melayani jemaah dengan standar layanan satu atap (one stop service). Mulai dari pemeriksaan kesehatan, pembagian perlengkapan haji, hingga proses imigrasi dilakukan dalam satu sistem terintegrasi, sehingga mempercepat dan mempermudah proses keberangkatan jemaah.
Digitalisasi juga turut dihadirkan untuk meningkatkan kenyamanan. Melalui aplikasi “Munah Osah”, jemaah kini dapat mengetahui nomor kamar dan langsung masuk ke asrama tanpa perlu membawa tas kabin, yang biasanya merepotkan. Terobosan seperti ini menjadi bukti nyata bahwa pelayanan haji terus disempurnakan seiring perkembangan teknologi.
Semua kebijakan ini menunjukan bahwa pemerintah tidak sekadar mengelola ibadah haji sebagai kewajiban administratif, tetapi menjadikannya sebagai bentuk pelayanan spiritual yang bermartabat bagi umat Islam Indonesia. Melalui berbagai sinergi antara lembaga, diplomasi internasional, hingga pembenahan dalam negeri, ibadah haji kini semakin manusiawi dan berorientasi pada kepuasan jemaah.
Patut diapresiasi pula bahwa pemerintah menunjukkan semangat keadilan dalam kebijakan pembiayaan. Jika dibandingkan dengan Malaysia yang memberikan subsidi besar kepada jemaah berpenghasilan rendah melalui Lembaga Tabung Haji, Indonesia pun tengah menempuh jalur serupa, meski dalam bentuk efisiensi menyeluruh untuk menekan beban jemaah secara umum. Hal ini menjadi catatan positif bahwa negara hadir dalam urusan ibadah umatnya, bukan hanya sebagai fasilitator tetapi juga sebagai pengayom.
Langkah-langkah yang ditempuh saat ini merupakan fondasi kuat bagi perbaikan berkelanjutan dalam penyelenggaraan haji. Komitmen Presiden Prabowo yang ditunjukkan melalui arahan langsung kepada kementerian terkait mencerminkan keseriusan negara dalam merespons harapan umat Islam. Presiden bahkan menegaskan belum merasa puas dan akan terus mendorong agar biaya haji bisa ditekan semurah mungkin tanpa mengorbankan kualitas pelayanan.
Dengan kuota haji Indonesia yang mencapai 221.000 orang tahun ini, pemerintah dihadapkan pada tantangan besar, tetapi juga peluang untuk menunjukkan kapasitas terbaik dalam melayani rakyatnya. Semua ikhtiar ini bukan semata proyek infrastruktur atau kebijakan teknis, melainkan bentuk pengabdian pemerintah kepada umat yang hendak menunaikan rukun Islam kelima dengan khidmat.
Masyarakat selayaknya memberikan apresiasi terhadap seluruh program pemerintah ini. Dari terminal haji yang modern, layanan digital yang efisien, diplomasi yang strategis, hingga penurunan biaya secara bertahap—semua merupakan bagian dari tekad pemerintah untuk memuliakan ibadah haji sebagai perjalanan spiritual yang sakral. Komitmen yang tulus ini patut didukung dan dijaga bersama.
Penulis adalah pengamat kebijakan publik