Portalindo.co.id, Jakarta — Pemerintah kembali menegaskan bahwa program Makan Bergizi Gratis (MBG) tidak akan dihentikan meskipun menghadapi beragam tantangan teknis, termasuk kasus keracunan massal yang belakangan ini memicu demonstrasi di sejumlah daerah.
Di tengah pro dan kontra yang muncul dari publik dan elemen-elemen pelajar, pejabat negeri yang terkait menyatakan bahwa program ini adalah tonggak penting dalam pembangunan sumber daya manusia dan yang paling utama: menjadi komitmen negara terhadap kesehatan dan masa depan anak-anak bangsa.
Wakil Menteri Sekretaris Negara, Juri Ardiantoro, menegaskan komitmen pemerintah untuk terus menjalankan MBG sambil melakukan evaluasi dan perbaikan.
“Memang beberapa aspirasi dari beberapa kalangan yang minta ada evaluasi total, ada pemberhentian sementara, ada juga sambil jalan kita perbaiki tapi tidak perlu menghentikan secara total,” ujar Juri.
Menurut Ardiantoro, pemerintah telah mendapat perintah langsung dari Presiden untuk melakukan evaluasi dan mitigasi risiko terkait insiden-insiden keracunan agar tidak terjadi lagi, sementara program tetap berjalan.
Ia menekankan bahwa pemerintah memilih jalur korektif, bukan represif, demi menyelamatkan program yang membawa dampak nyata bagi generasi muda.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Muhaimin Iskandar (Cak Imin), juga menegaskan bahwa MBG adalah program yang strategis dan tidak boleh dihentikan hanya karena ada insiden teknis.
“Program ini manfaatnya luar biasa bagi generasi muda. Kalau ada insiden, itu harus kita benahi mekanismenya, bukan menghentikan programnya,” kata Cak Imin.
Ia menambahkan bahwa pihaknya meminta Badan Gizi Nasional (BGN) segera menuntaskan persoalan-persoalan teknis, mulai dari higienitas makanan, pengolahan yang benar, distribusi yang aman, hingga pengawasan berlapis agar kejadian serupa tidak terulang. Langkah perbaikan harus dilakukan cepat dan menyeluruh, dengan melibatkan kementerian terkait, lembaga pengawas pangan, serta pemerintah daerah.
Pernyataan kedua pejabat ini menjadi respons atas demonstrasi damai pelajar dan masyarakat yang menuntut perbaikan pelaksanaan MBG, khususnya terkait higienitas, distribusi, dan transparansi pengawasan penyedia makanan. Pemerintah menilai kritik tersebut penting, namun menegaskan bahwa penghentian total program justru akan berdampak serius bagi anak-anak yang sangat membutuhkan, terutama di daerah dengan keterbatasan akses gizi.
Langkah-langkah perbaikan yang kini tengah dijalankan pemerintah mencakup audit menyeluruh terhadap penyedia makanan, penerapan ketat standar keamanan pangan, pemantauan distribusi hingga penanganan cepat apabila ditemukan indikasi masalah. Semua itu dilakukan untuk memastikan MBG tetap berjalan tanpa mengorbankan keselamatan anak-anak penerima manfaat.
Di akhir pernyataannya, Juri Ardiantoro kembali menegaskan pentingnya menjaga keberlanjutan program.
“Maksud pemerintah adalah menyelamatkan program yang baik ini, karena program ini kan dibutuhkan oleh anak-anak kita, yang ada di masyarakat kita, sehingga jangan sampai terjadi demoralisasi dalam program ini karena ada sesuatu yang tidak pas,” ujar Juri.
Hal senada disampaikan Cak Imin yang menekankan dimensi strategis MBG dalam jangka panjang.
“MBG bukan sekadar pemberian makanan gratis, tetapi bentuk nyata komitmen pemerintah dalam membangun generasi emas Indonesia,” kata Cak Imin.
Pemerintah menegaskan bahwa keberlanjutan MBG akan terus dijaga melalui evaluasi menyeluruh, penguatan pengawasan, dan peningkatan kualitas layanan. Dengan keterlibatan semua pihak, program ini diyakini tetap menjadi salah satu warisan positif yang mencerminkan perhatian negara terhadap generasi penerus bangsa.
Ida Bastian