Ekonomi – Pengelolaan sumber daya manusia (SDM) agar memiliki kemampuan mumpuni untuk menyongsong Revolusi Industri 4.0 kini tengah menjadi PR bagi pemerintah.
Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto pun menyadari hal itu dan menyebut bahwa SDM yang dibutuhkan oleh industri saat ini adalah orang-orang dengan kemampuan memanfaatkan teknologi digital.
Lantas apa yang dilakukan Kementerian Perindustrian untuk meningkatkan kemampuan SDM tersebut?
“Untuk itu, Kementerian Perindustrian telah menggulirkan berbagai program pendidikan dan pelatihan vokasi guna menyongsong industri 4.0. Misalnya, pendidikan vokasi yang link and match antara industri dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK),” ungkap Airlangga dalam keterangan tertulisnya, Rabu (25/4/2018).
Program vokasi tersebut sudah dilakukan Kemenperin di beberapa wilayah seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Barat, Sumatera Utara, dan DKI Jakarta serta Banten. Total industri yang terlibat sebanyak 558 perusahaan dan 1.537 SMK.
Tak hanya di tingkat SMK, pengembangan SDM itu juga turut dilakukan Kemenperin pada tingkat politeknik.
“Untuk pengembangan SDM di politeknik, kami juga punya program skill for competitiveness (S4C) yang bekerja sama dengan Swiss,” imbuh Airlangga.
Pada tahap awal, ada empat politeknik milik Kemenperin yang akan dikembangkan dalam kerja sama itu.
Politeknik tersebut, yaitu Politeknik Logam Morowali di Sulawesi Tengah, Politeknik Kayu dan Pengolahan Kayu di Kendal, Jawa Tengah, Politeknik Industri Petrokimia di Cilegon, Banten, dan Akademi Komunitas Industri Logam Bantaeng, Sulawesi Selatan.
Khusus untuk Morowali, Airlangga menggarisbawahi keberadaan laboratorium metalurgi yang disebut lebih baik dari yang ada di universitas negeri saat ini.
Hal itu kemudian secara tak langsung membuat Morowali menjadi kabupaten di Sulawesi Tengah yang memiliki pertumbuhan ekonomi sangat pesat dengan mencapai 60 persen atau 12 kali dari pertumbuhan ekonomi nasional.
“Perkembangan wilayah tersebut juga dipengaruhi besar dengan berdirinya Kawasan Industri Morowali, di mana sebagian besar terdiri dari perusahaan smelter nikel yang mampu meningkatkan nilai tambah, menyerap banyak tenaga kerja, dan memberikan devisa negara dari hasil ekspor. Selain itu, produk dari Morowali menjadi salah satu yang terbaik di Asia Tenggara,” terang Airlangga.
Maka dari itu, pemerintah terus mendorong agar semakin banyak para pengusaha nasional terutama yang tergabung di Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) dapat terlibat dalam program pendidikan dan pelatihan vokasi.
“Implementasi industri digital atau industri 4.0 ini ada di tangan pengusaha. Sedangkan pemerintah yang membuat roadmap-nya,” pungkas Airlangga. (Redaksi)