PORTALINDO.CO.ID, Cianjur, – Sejak ditampung di Posko Pengungsian, para korban bencana Gempa Cianjur menjalani kehidupan dengan keterbatasan, cukup banyak dari mereka yang mengalami trauma, terutama di kalangan anak-anak.
Demikian disampaikan Kapendam III/Slw, Letkol Inf Adhe Hansen saat dikonfirmasi melalui saluran telepon, Sabtu (26/11/2022).
Dikatakan Kapendam, Kaajendam III/Slw Kolonel Caj Dr. Yadi Nurfendi, S.Sos., M.Si., M.Ipol., di tempat pengungsian lapangan Prawatasari, Joglo Cianjur menyampaikan bahwa beberapa anak mengalami trauma, diantaranya dengan suara ambulans, sebab pasca kejadian mobil ambulans hilir mudik membawa korban bencana.
Lebih lanjut dijelaskannya untuk menyikapi permasalahan tersebut, Kodam III/Slw bersama Dinas Psikologi Angkatan Darat (Dispsiad) menggelar pelayanan Psikososial berupa healing trauma life support.
“Kegiatan diantaranya melaksanakan hiburan untuk memberikan moril dan semangat hidup serta menurunkan trauma kecemasan, kepanikan, maupun gangguan negatif lainnya yg terjadi pasca bencana gempa bumi cianjur terutama anak-anak,” ungkapnya.
Sejalan dengan upaya trauma healing, ditempat pengungsian tersebut, Siliwangi Band dari Ajendam turut menghibur para pengungsi dan para pengungsipun turut bernyangi dengan prajurit. Pada kesempatan tersebut Kaajendam turut bergabung untuk bernyanyi dan bermain bersama anak-anak dalam permainan.
Ditempat yang sama, Eka Merdeka (37), salah seorang pengungsi asal Kelurahan Sawahgede, Kecamatan Cianjur ini menjelaskan anak-anaknya yang masih berusia di bawah 5 tahun terus menerus mendengar suara ambulans yang hilir mudik membawa korban di hari pertama peristiwa gempa. Eka sering melihat anaknya selalu meringis ketakutan bahkan menangis ketika mendengar suara ambulans.
“Begitu mendengar suara ambulans, anak saya langsung lari ke saya atau ke ibunya sambil menangis ketakutan. Saat tidur juga terbangun dan menangis kalau dengar suara ambulans,” ungkap dia.
Dia berharap, dengan dilakukannya healing trauma life support oleh Kodam III/Slw dan Dispsiad, anak-anak di pengungsian sedikit terobati dan bisa berangsur terlepas dari trauma. (Pendam III/Siliwangi).