Seorang petani mengendarai mesin pemanen untuk memanen biji bunga matahari di sebuah ladang di Distrik Linhe, Bayannur, Daerah Otonomi Mongolia Dalam, Tiongkok utara.
PORTALINDO.CO.ID | HOHHOT, CHINA – 6 Februari 2025 – Pada usia 57, Wang Fei dipuji sebagai “Raja Biji Bunga Matahari” di kampung halamannya di Bayannur, di Tiongkok utara.
Judulnya tidak saja mencerminkan kecintaannya pada camilan renyah tersebut tetapi juga prestasinya yang luar biasa dalam mengubah biji bunga matahari yang ditanam secara lokal menjadi komoditas global, dengan pasar yang menjangkau Republik Korea, Mesir, dan Jerman.
Jika Anda gemar makan biji bunga matahari, kemungkinan besar biji tersebut berasal dari ladang garam-alkali di Bayannur – basis produksi bunga matahari terbesar di China. Pada tahun 2024 saja, wilayah tersebut menghasilkan lebih dari 940.000 ton bunga matahari, dengan ekspor ke lebih dari 40 negara dan wilayah.
Wang adalah salah satu petani lokal yang telah memanfaatkan industri bunga matahari yang sedang berkembang untuk menjadi pengusaha sukses.
INDUSTRI YANG SEDANG BERKEMBANG, TANAH YANG SULIT DIHADAPI
Terletak di Daerah Otonomi Mongolia Dalam, Bayannur dulunya terbebani oleh hampir 4,8 juta mu (320.000 hektar) tanah alkali-garam, di mana tanaman tradisional seperti gandum dan jagung berjuang untuk tumbuh.
Pengenalan bunga matahari pada tahun 1970-an menandai titik balik bagi kota dengan populasi permanen sebesar 1,5 juta jiwa.
Dengan musimnya yang berbeda, sinar matahari yang melimpah, dataran yang luas dan sumber daya air yang melimpah, Bayannur menawarkan lingkungan yang sangat mirip dengan habitat asli bunga matahari di Amerika Utara, menjadikannya lokasi yang ideal untuk tanaman tangguh ini, menurut Zhang Ruhong, wakil wali kota Bayannur.
Pada tahun 1980-an, Wang mulai membudidayakan bunga matahari di lahan garam-alkali milik keluarganya. “Bunga matahari tahan terhadap garam dan alkali, tahan kekeringan, dan mudah tumbuh,” katanya.
Pada tahun 2024, Bayannur telah memperluas area penanaman bunga matahari menjadi 4,4 juta mu, hampir setengah dari total area di negara tersebut. Industri bunga matahari di kota tersebut telah berkembang menjadi rantai nilai yang komprehensif, yang mencakup penjualan benih, budidaya, pemrosesan, ekspor, logistik e-commerce, dan bahkan pariwisata.
Bunga matahari merupakan tanaman penghasil minyak sayur terbesar keempat di dunia, setelah kacang kedelai, biji raps, dan kacang tanah, kata Zhang Haiyang, pakar industri biji minyak.
Ia mencatat bahwa bunga matahari telah memperoleh keunggulan sebagai tanaman minyak sayur khusus utama di Tiongkok, terutama di wilayah utara, berkat nilai gizi dan estetikanya yang tinggi.
Pasar biji bunga matahari bernilai 32,3 miliar dolar AS pada tahun 2023 dan diproyeksikan tumbuh pada tingkat pertumbuhan tahunan gabungan sekitar 9,4 persen antara tahun 2024 dan 2032, menurut Global Market Insights, sebuah firma riset pasar dan konsultasi manajemen.
Untuk membawa industri bunga matahari Bayannur ke tingkat yang lebih tinggi, para ilmuwan pertanian setempat telah berhasil memperkenalkan varietas benih berkualitas tinggi, termasuk SH361 dan SH363, serta strain tahan yang dirancang khusus untuk memerangi broomrape, tanaman parasit yang telah lama mengganggu produksi bunga matahari secara global.
BENIH KECIL, PERJALANAN BESAR
Menjelang Festival Musim Semi, pabrik-pabrik di Bayannur ramai dengan aktivitas ketika mesin-mesin meraung dan para pekerja bergegas memilah biji bunga matahari untuk diekspor.
“Kami sangat sibuk sebelum liburan, karena kami ingin menyelesaikan dan mengirimkan semua pesanan ke luar negeri,” kata Zhao Lei, manajer umum Bayannur Rong Da Co., Ltd. “Biji bunga matahari kami telah mengalami permintaan luar negeri yang kuat tahun lalu, dengan ekspor mencapai 35.000 ton.”
Di seluruh Tiongkok, banyak daerah telah mengembangkan industri yang disesuaikan dengan kondisi lokal mereka yang unik. Misalnya, jeruk dari Ganzhou di Provinsi Jiangxi dan stroberi dari Dandong di Provinsi Liaoning telah menjadi pendorong utama pembangunan sosial dan ekonomi.
Bayannur juga memanfaatkan kekuatan lokalnya, mendirikan 120 perusahaan pengolahan bunga matahari terkemuka untuk memanfaatkan peluang pasar.
Wang Fei, yang memulai perdagangan biji bunga matahari di dalam negeri pada tahun 1987, merambah pasar internasional pada tahun 2012. Tahun lalu, perusahaannya, Mintai Agricultural Trading Co., Ltd., mencatat pendapatan operasional yang melebihi 700 juta yuan (sekitar 97,63 juta dolar AS), dengan ekspor yang merupakan bagian terbesarnya.
“Di Tiongkok, orang-orang gemar makan biji bunga matahari selama festival. Orang asing juga memiliki kebiasaan ini. Hari libur seperti Natal menandai puncak musim ekspor kami,” kata Wang, seraya menambahkan bahwa ekonomi liburan sangat merangsang konsumsi.
Biji bunga matahari dan produk inti Bayannur kini menjangkau lebih dari 40 negara dan kawasan di Timur Tengah, Asia Tenggara, dan Eropa, menghasilkan nilai ekspor tahunan sebesar 4,2 miliar yuan — 64 persen dari total ekspor pertanian kota tersebut.
Pencapaian ini didukung oleh dukungan kebijakan yang kuat. Selama dua tahun terakhir, Bayannur telah menerapkan strategi inovatif untuk mempromosikan ekspor, seperti mendorong perusahaan-perusahaan terkemuka untuk mendirikan gudang di luar negeri, memajukan e-commerce lintas batas, dan menyederhanakan proses bea cukai.
Tantangan seperti meningkatnya biaya pengiriman, yang diperburuk oleh krisis Laut Merah, juga telah mendorong kemampuan beradaptasi. Tahun lalu, Wang mulai mengalihkan beberapa pengiriman dari laut ke transportasi darat, mengekspor biji bunga matahari ke Eropa melalui kereta barang Tiongkok-Eropa, sehingga mengurangi biaya secara signifikan.
“Tujuan saya tahun ini adalah memperluas ekspor biji bunga matahari ke pasar Spanyol,” katanya sambil tersenyum.
Penerbit bertanggung jawab penuh atas isi pengumuman ini.
Tagar: #Bayannur
Sumber: Kantor Informasi Komite Daerah Otonomi Mongolia Dalam
Kontak Media:
Hao Jian
Surel: 7511258@qq.com
Nomor Telepon: 86-0471-6664059
